Max Mara merupakan merek fashion Italia yang identik dengan kemewahan, keanggunan, dan bergaya timeless. Belum lama ini, Max Mara memperkenalkan inovasi terbarunya, yakni Max Mara Fall-Winter 2025.
Selama ini, Max Mara yang didirikan tahun 1951 oleh Achille Maramotti ini terkenal dengan koleksi busana siap pakai yang berkualitas tinggi. Kesan tegas, percaya diri, dan elegan itu pun selama ini dirasakan pada karakternya. Meski demikian, romansa yang mendalam dan dramatis bernuansa chiaroscuro pun dihadirkan yang terinspirasi dari dunia Brontë.
Mengusung ‘Max Mara Fall-Winter 2025’, Max Mara memadukan klasik dengan sentuhan neo-gothic chic dan rusticitas urban yang khas. Sikap tenang Miss Eyre dan gairah liar Miss Catherine bertemu dalam tampilan yang menggambarkan keseimbangan antara ketegasan dan tekad yang kuat. Redingote, yang pas di badan, terikat di pinggang dan mengembang di bagian bawah, mendapatkan pembaruan dengan lapisan quilted yang bisa dilepas serta lengan berbahan kulit atau shearling. Ketika dipotong di bagian pinggang, redingote menjadi rok penuh yang terbuka di bagian depan, memperlihatkan rib-knit stockings dan kulot.
Selain itu, celana dengan lipatan lembut di lutut dan pinggang lebar terinspirasi dari celana britches kuno. Sementara jaket pendek yang pas di badan menonjolkan kaki yang lebih panjang. Rompi kembali hadir dalam proporsi yang lebih kecil, cocok dipakai di bawah jaket atau sebagai gilet bergaya pedesaan di atas mantel berpotongan tajam.
Mantel menjadi pusat perhatian dalam pagelaran kali ini - dari greatcoat dengan nuansa militer, frock coat ala squire (mantel panjang yang elegan dengan potongan khas bangsawan tanah Inggris), parka-de-luxe dengan kantong utilitarian bellow, hingga cape, clutch coat yang longgar dan menghangatkan, serta robe-de-chambre (reinterpretasi mode mewah Max Mara akan gaun jubah rumah) dengan paduan rajutan di bagian belakang dan lengan.
Cascia adalah warna eksklusif Max Mara yang menggambarkan palet warna batu dan langit Yorkshire, tanah kelahiran Brontë, dalam gradasi dari warna terang ke nuansa gelap. Kain double-face yang padat, wool worsted ringan dengan tekstur halus yang jatuh sempurna dan drap yang berkilau lembut, menciptakan efek fluiditas yang elegan saat bergerak, serta sentuhan kasmir murni membalut sang pahlawan dalam ketenangan, bahkan saat menjalani rutinitas sehari-hari.
Keindahan pedesaan Brontë membangkitkan kembali perhatian dan ketertarikan terhadap tweed - dengan tenunan dalam palet merah beri, hijau lumut, dan cokelat musim gugur, berikan kesan rustic namun tetap lembut dan mewah. Benang mouliné dirajut menjadi sweater berstruktur yang mengingatkan pada siluet korset era Victoria, memberikan sentuhan feminin modern. Dan saat malam tiba, apa yang dikenakannya? Beludru hitam pekat dalam gaun dramatis yang layak untuk panggung opera, atau korset berstruktur yang memikat.
Karya-karya Brontë tak pernah kehilangan daya tariknya. Dengan berbagai adaptasi dan interpretasi, termasuk Wuthering Heights terbaru yang disutradarai Emerald Fennell tahun depan, popularitas Brontë senantiasa kekal. Tidak mengherankan, mengingat bagaimana para saudari yang tumbuh dalam kesunyian sebuah tempat tinggal pastor atau imam ini mampu memahami setiap sudut kompleksitas psikologis manusia. Seperti sang pahlawan Max Mara - wanita yang begitu lama dan gigih mengejar kesuksesan dengan logika yang tajam - pada akhirnya ia pun tak kuasa menolak panggilan hatinya.