Ketika bayi terus-menerus rewel dan menangis, umumnya seorang ibu akan menjadi panik dan merasa tidak bisa mengurus bayinya dengan maksimal. Hal itu bukan menjadi penanda bahwa sang ibu gagal atau tidak cukup baik dalam mengasuh bayinya. Akan tetapi, hal itu merupakan sebuah hal yang wajar terjadi, khususnya bagi seorang ibu perdana atau ibu yang baru pertama kali mempunyai bayi.
Hal serupa juga disampaikan Psikolog Anak dan Keluarga, Saskhya Aulia Prima jika hal itu menjadi sebuah hal yang biasa terjadi. “Sering kali ketika bayi menangis, ibu ikut panik sehingga bayi justru makin rewel. Hal ini wajar karena fase awal kehidupan bayi kerap diwarnai kurang tidur, rasa cemas, dan tekanan dari berbagai pihak. Kuncinya adalah memiliki parental reflective functioning atau kemampuan orang tua untuk memahami perilaku anak dari sudut pandang pikiran, perasaan, dan kebutuhannya, sekaligus menyadari emosi diri sendiri,” terangnya.
Dengan kemampuan itu lah, maka ibu lebih mampu mengelola emosi, memahami kondisi anak ketika rewel, dan merespons dengan tenang. Ibu harus memulai dengan mengenali pola tangisan, membangun ritual tidur dan istirahat yang konsisten, serta memberi ruang untuk jeda dan self-care salah satunya dengan mencium wangi-wangian yang membuat lebih tenang agar bisa berpikir lebih lega. Me time bagi ibu bukanlah egois, tapi justru penting agar ibu bisa kembali merasa utuh dan bahagia. Pada akhirnya, ibu akan menjadi lebih tenang, bayi pun akan merasa lebih aman dan lebih tenang.
Menurut Dokter Spesialis Anak, dr. Dimple Nagrani, Sp.A, kondisi anak rewel merupakan bentuk adaptasi, khususnya di fase awal kehidupan. Karenanya penting bagi ibu untuk bisa memahami tangisan bayi agar bisa membangun pola tidur yang baik pada bayi. Berbagai studi menunjukkan bahwa tidur berkualitas mendukung kognisi dan pembelajaran bayi secara signifikan. Pola tidur bayi sehat artinya bayi memiliki jumlah jam tidur sesuai usia dan pola bangun malam yang normal, tidak terlalu sering terbangun karena menangis atau rewel.
“Rewel adalah bentuk komunikasi bayi yang perlu dikenali dengan cermat. Tangisan bisa dipicu oleh lima kategori, yakni rasa sakit, lapar, sedang dalam keadaan sakit, perut kembung, kondisi tidak nyaman seperti overstimulasi atau iritasi. Setiap sebab punya ciri yang berbeda. Misalnya, tangisan intens dan sulit ditenangkan pada sore atau malam hari bisa menandakan perut kembung, sementara gerakan tersentak dan menangis lebih keras setelah paparan bising dapat menjadi tanda overstimulasi. Jika bayi tampak gelisah saat berbaring atau meringis saat disentuh, bisa jadi sedang merasa tidak nyaman pada kulit. Dengan mengenali penyebab ini, orang tua dapat merespon lebih tepat. Juga perlu diingat, bayi membutuhkan sentuhan sepenting asupan makanan. Anggapan bahwa ibu jangan sering menggendong bayi agar tidak ‘bau tangan’ harus ditepis. Karena untuk bayi, cuddle is needed,” jelas dr. Dimple.
Apabila bayi masih terus menangis, maka ibu atau orang tua bisa menengangkannya dengan beberapa langkah. Bidan yang juga Instruktur Yoga Bersertifikat & Spesialis Yoga Prenatal, Tantri Maharani Setyorini, S. Keb. Bd. E- RYT, RPYT pun membagikan tips dan langkah menenangkan ketika bayi rewel. Tips yang diberikan itu pun dapat dengan mudah diaplikasikan atau dipraktekkan ibu pada bayinya.
Bayi yang overstimulasi biasanya menangis rewel berkepanjangan dengan nada naik turun. Hal yang perlu dilakukan adalah dengan menerapkan ritual menenangkan seperti mandi air hangat. Sedangkan bayi yang perutnya kembung cenderung menangis kencang dan melengking. Kondisi itu bisa diakali dengan melakukan pijat lembut menggunakan minyak telon untuk meredakan kembung. Sementara ketidaknyamanan kulit ditandai rengekan ringan tapi terus-menerus yang bisa diatai dengan penggunaan krim untuk kulit kering. Setelah ibu mengenali pola tangisan bayi dan mengetahui sebab bayi rewel, maka ibu pun mampu mengatasi bayinya yang rewel. Dari semuanya itu, sentuhan dan pelukan hangat seorang ibu menjadi kunci utama untuk menciptakan rasa tenang dan kedekatan dengan sang buah hati.